Tadi, perhelatan lomba untuk memperingati bulan bahasa diadakan di sekolahku, SMAIT Miftahul Khoir Bandung. Ada beberapa cabang lomba bahasa yang diadakan, yaitu short story writing competition, storytelling competition, spelling bee contest, membaca sajak sunda, membuat sajak sunda, membuat kaliragrafi aksara sunda, serta lomba membuat majalah dinding.
Sejak awal mula merancang perlombaan tersebut, aku dan kawan panitia (guru bahasa) takberekspektasi tinggi bahwa semua siswa akan mengikuti semua lomba tersebut. Tapi aku tahu bahwa ini akan menjadi ajang melihat sejauh apa motivasi dan keberanian yang siswa-siswi Mifkho miliki, sehebat apa potensi yang belum diketahui sejauh ini dan yang paling penting belajar apa yang bias kulakukan sebagai guru untuk membuat mereka menjadi pribadi hebat…
Dan, Bingo! Hamper semua siswa mengikuti lomba! Bahkan ada banyak yang megikuti lebih dari satu lomba!
Dimulai dari lomba membuat cerpen berbahasa inggris. Banyak siswa yang kunantikan karyanya, dan banyak pula yang tak kukira akan mengikuti lomba tersebut. Kutemukan banyak potensi menulis yang tak terduga.They surprised me! They really can be famous writers!
Tak pernah terduga, seorang anak laki-laki berpenampilan berpenampilan garang mampu membuat sebuah cerita haru penuh hikmah kehidupan. Ada lagi, seorang siswa penggemar novel yang menuliskan kisah seorang teman di kelasnya di sisi lain yang mungkin tak pernah terpikir oleh siapapun.
Bahagia ku layaknya seseorang yang secara tiba-tiba saat tengah dalam perjalanan menemukan gunun gemas…
Lalu, adapula seorang pendiam yang tak disangka mengikuti storytelling competition dan tebak… He nailed it! Standing applause dari semua juri dan penonton menjadi sebuah penanda bahwa dia telah memberikan sebuah penampilan luar biasa!
Dalam spelling bee contest, anak-anak belajar sesuatu berbeda. Dari peserta spelling bee contest tersebut, ada beberapa anak yang biasa mengikuti lomba sejenis. Maka kesiapan dan kepercayaan diri yang mereka miliki melebihi dari para peserta lain yang belum pernah mengikutinya. Namun, inilah kompetisi, mereka belajar untuk siapkalah dan siap menang meski sebanyak apapun pengalaman mereka mengikuti lomba, hal ini adalahh yang utama dimiliki seorang pemenang.
Ketegangan para penonton, peserta, bahkan juri di contest tersebut sangat terasa di babak semifinal dan final yang ternyata perlombaan itu berlangsung alot. Para peserta sangat gigih untuk lolos ke babak akhir, dan para penonton?Mereka menjadi support utama para peserta. Ada yang aneh di sana saat itu, para penonton tidak hanya mendukung perwakilan peserta lomba dari kelas mereka masing-masing! Ya, mereka yang di depan (parapeserta) adalah ‘jagoan’ semuanya :’)
Beralih ke lomba membuat MajalahDinding. Ada empat tim yang mengikuti perlombaan dan masing-masing adalah delegasi kelas. Pengumuman perlombaan, termasuk lomba mading ini, dilakukan sejak awal Oktober, dan panitia memberikan kesempatan pada para siswa untuk mempersiapkan semua bahannya dari awal, tidak hanya saat perlombaan. Hal ini agar memudahkan para peserta menyelesaikan Madingnya hanya dalam tiga jam saja. Setiap hari, sejak itu, semua anggota tim lomba mading tersebut mem buat atribut-atribut yang akan dipakai di madding mereka nanti. Dan saatpelaksanaanya, benarsaja, mampu membuat mading yang sangat kreatif dengan hiasan-hiasan yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari.It somehow becomes an indicator how excited they join this competition.
Tapi, ada satu kelompok yang hingga awal pelaksanaan lomba dimulai, yang belum sama sekali mempersiapkan apapun. Bahkan bahan-bahan pun baru dibelisaat itu.Semua dikerjakan dari nol saat itu juga.Ya, waktu tiga jam ternyata tak cukup untuk menyelesaikannya. Juri pun memberitahu mereka, bahwa mereka mungkin akan didiskualifikasi karenanya. Melebihi batas waktu. Namun tahukah, mereka tak patah semangat, tak berhenti menyelesaikan madding mereka.Bahkan hingga pukul 7 malam! Betapa antusiasnya mereka untuk memberikan yang terbaik…
Semua perlombaan Bulan Bahasa Mifkho ini telah memberikan kesempatan pada semua siswa untuk menembus batas ketidak mampuan, ketidak beranian dan ke tidak percayadirian mereka dan memberikan hal terbaik untuk diri mereka…
Aku, dengan rasa menggebu yang masih kurasakan mengingat mereka, takcukup mampu berkata-kata untuk menuliskan kehebatan mereka…
“Kemampuan kalian bahkan jauh melambung tinggi dari apa yang ada dalam guru-gurumu ini, Nak…”
penulis: Intan Siti Nugraha,S.Pd.
No responses yet